Sosok Iman
Suatu ketika saya bertanya kepada seseorang apa pendapat anda tentang keyakinan? betulkah keyakinan itu timbul ketika kita dapat merasakannya secara nyata benar-benar ada di depan mata? dan itu menurut saya hal yang mutla terjadi, karena salah seorang teman saya dengan mantap yakin dengan sebenarnya keberadaan Allah atas dasar bukti yang konkrit di depan matanya. Oh jadi saya berkesimpulan haruslah hidayah itu melalui kejadian yang langsung dialami oleh si pelaku (pengalamannya dengan Allah).
Salah seorang teman saya yang lain berpandangan bahwa keyakinan tidak hanya diperoleh dari bukti empiris. Diibaratkan dengan ketika seseorang akan menulis skripsi yang notabene merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran didasarkan pada teori yang berasal dari pandangan seorang manusia yang disebut dengan ilmuwan, tapi kita percaya kan dengan pandangan para ilmuwan dengan yakin bahkan kita mempresentasikannnya pada saat sidang berlangsung. Nahhhh, benar juga ternyata keyakinan seseorang tidak hanya dari pengalaman pribadi yang dialami secara langsung oleh diri pribadinya. Keyakinan bisa muncul ketika hal tertentu yang dijadikan dasar keyakinan itu telah dialami oleh orang lain sebagai pembanding atau dari sumber yang dianggap vali doleh manusia.
Kita sebagai umat yang mengaku beragama islam, yakin hanya pada satu sumber yang maha mutlak benar yaitu Al-Qur'an...........
Pertanyaan terbesar pernahkah kita yakin dengan sepenuh hati akan pesan-pesan yang disampaikan Al-Qur'an? pernahkah kita merasa bahagia ketika ada jawaban dalam setiap permasalahan melalui Al-Qur'an? pernahkah kita berfikir bahwa seluruh solusi permasalahan hidup yang muncul ada dalam Al-Qur'an?
Hal yang mendasar saja kenapa banyak orang yang bahagia sekali ketika sedang jatuh cinta? kenapa banyak orang frustasi dan depresi ketika bisnisnya mengalami kerugian atau pekerjaannya tidak ada yang lancar?
Allah mencoba menyapa kita dengan menyebutkan bahwa manusia pada fitrahnya sangat mencintai kehidupan ini, wanita, tahta dan segalanya (kaya tulisan yang sebelumnya yaa hehe)
Al-Qur'an disetiap akhir ayatnya selalu mengajak kita untuk berfikir sejenak dan merenungkan apa yang telah kita kerjakan dan apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita rencanakan esok hari. Kemudian setelah melakukan perenungan Al-Qur'an memilihkan dua jalan untuk kita semua yaitu jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. Jalan manakah yang akan kita ambil? berarti sebelum melangkah dan memutuskan kita fikirkan baik-baik apakah ini sesuai dengan yang Allah kehendaki atau tidak? apabila tidak maka bukanlah ketenangan yang kita dapatkan tapi penghidupan yang sempit. Sempit itu sakit sesak dan pengap, semiga kita terhindar dari penghidupan yang sempit aamiin.
Kemudian Al-Qur'an mengajak kita untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan apapun pekerjaan yang diperuntukan untuk Allah tersebut. Setiap pekerjaan yang satu selesai maka kerjakan pekerjaan yang selanjutnya dengan sespenuh kesungguhan hati dan jiwa.
Dalam berproses itu Allah menyebutkan bahwa setiap kesulitan ada dua kemudahan. Jadi kita harus meyakini bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi selalu akan ada dua kemudahan disana entah itu datang dengan cepat pada saat yang kita perlukan ataukah datangnya tidak terikat waktu wallohu alam. Kemudian setiap takdir yang menimpa kita yang menurut kita kita tidak menyukainya maka belum tentu itu buruk bagi kita karena singkapan ghaib hanya Allah yang maha mengetahui.
Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pengingat karena ia merupakan obat penawar dan rahmat bagi setiap jiwa yang berniat untuk menyucikannya dari segala kotorannya.
Allah maha pengampun ketika kita merasa telah salah mengambil langkah dan mengambil keputusan maka setiap kita bertobat di waktu malam Allah akan mengampuni pada waktu pagi dan setiap kita bertoba di waktu sore Allah akan mengampuni di waktu malam (bahagianya ya Allah^^)
Setelah Allah memberikan ampunan Ia akan mengabulkan do'a kepada setiap hamba yang meminta dengan disertai keimanan dan keyakinan. Setiap kata akan Allah dengar dan akan Allah kabulkan, bahkan Allah menantang kepada setiap hamba yang tidak mau berdo'a padaNya dengan diri yang sombong.
(selama ini sudah berapa banyakkah kita berdo'a dengan sesungguhnya pada sang pengabul do'a, Allah bahkan lebih dekat dengan urat leher kita dan akan terus mengawasi dan mengabulkan setiap permohonan, tidak usah kita cape-cape membuat proposal yang bagus hanya untuk dilihat oleh sang termohon agar dikabulkan permohonannya, hanya dengan modal keyakinan dan keikhlasan Allah akan mengabulkan)
Seberapa besarkah keyakinan kita akan Allah? seberapa banyak keputusan yang kita ambil didasarkan padaNya? seberapa besar perhatian kita padaNya? hingga kita bisa memprioritaskan hidup kita untukNya?
Satu kata yang pasti ya Allah jadikanlah hambaMu bagian dari golongan orang-orang yang mukhlis yang memurnikan ketaatan hanya padaMu, yang menggantungkan segala ketakutan dan harapan padaMu, yang mencita-citakan hidup ini untukMu aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar